Pernah
kenal dengan seseorang yang suka menyendiri, pendiem, dan cenderung tertutup?
Yang kadang tidak menanggapi kalo diajak ngobrol? Nggak nyambung malah kalo
ngobrol sama dia. hihihi....
Mungkin
dia adalah seorang Introvert.
Pernah
dengar tentang istilah kepribadian introvert? Pernah donk ya....
Sebagian
besar mengasumsikan kepribadian Introvert sebagai pribadi yang anti-sosial,
pendiam, tertutup, pemalu, penyendiri, kuper bahkan aneh.
Benarkah
begitu?
Oke,
Introvert apa sih?
Menurut
Carl
Jung nih ya,
"Introversion
and extroversion refer to the direction of psychic energy. If a person’s
psychic energy usually flows outwards then he or she is an extrovert, while if
the energy usually flows inwards, the person is an introvert. Extroverts feel
an increase of perceived energy when interacting with a large group of people,
but a decrease of energy when left alone. Conversely, introverts feel an
increase of energy when alone, but a decrease of energy when surrounded by a
large group of people."
Sedang
menurut Isabel Briggs Myers,
"An
introvert derives energy from his or her internal world of emotions and ideas,
while an extrovert draws from the outside world of people and activities for
spiritual sustenance."
Jelas
kan bedanya?
Introvert
beda dengan pemalu. Pemalu adalah seorang yang cemas, takut atau menampik diri
dari lingkungan sosial. Introvert tidak mesti begitu. Bagi seorang introvert
bersosialisasi itu menghabiskan energi. Mereka kelelahan jika terus-terusan
bersama orang lain dalam waktu yang lama. Karena itu mereka perlu waktu
menyendiri untuk mengisi energi kembali. Ibaratnya seperti mencarge hp gitulah.
Sementara bagi seorang Ekstrovert, mencarge energi mereka justru dengan
bersosialisasi. Ekstrovert nggak tahan lama-lama sendirian. Kebutuhan akan
adanya orang lain bagi Ekstrovert sangat besar. Nggak gaul nggak eksis bok!
Mengapa
Introvert suka menyendiri?
Introvert
lebih memperhatikan dunia di dalam pikiran mereka sendiri, mereka menikmati
berfikir, mengeksplorasi pikiran dan perasaan sendiri. Seorang introvert tidak
berarti mereka tidak memiliki kemampuan bicara, akan tetapi mereka lebih suka
bicara mengenai masalah ide dan konsep, bukan mengenai pendapat mereka tentang
topik-topik sosial yang tidak penting (mungkin seperti guyonan-guyonan yang
tidak penting).
Introvert
ngak suka basa-basi. Bagi mereka pembicaraan dilakukan untuk memperoleh
informasi. Selebihnya mereka lebih suka diem, mendengarkan dan mengamati. Oh
yes, mereka pengamat yang baik.
Bukan
berarti mereka nggak doyan ngbrol. Doyan kok. Cuma kalo ngobrol dengan orang-orang
ini suka agak stres sendiri. Kenapa? Karena mereka doyan berfilosofi dan demen
berteori. Reaksi umum begitu dengerin mereka ngomong adalah " ini orang
ngomong apa sih?" atau bengong karena nggak ngerti.
Karena
lebih suka berfikir ke dalam, Introvert cenderung teguh pada pendirian dan
tidak mudah terpengaruh. Juga males mempengaruhi orang lain. Orang mau
kompetisi silahkan, dikompor-komporin nggak ngaruh, dikucilin temen nggak
masalah. Lempeng-lempeng aja.
Karena
orientasinya ya dirinya sendiri. Jadi kalo masih ambisius, ingin mengungguli
orang lain, gampang kebakar sama tingkah laku orang lain. Itu bukan introvert.
Ciri
lainnya?
Suka
memendam masalahnya sendiri, jarang berbagi masalahnya atau menceritakan
kehidupannya ke orang lain. Mempunyai self-blaming yang gede (suka nyalahin
diri sendiri), yang akhirnya jadi depresi, dan emosian. Tipe ini cuma mau
terbuka dengan orang yang sudah bener-bener dipercaya.
Ketika
mereka kadang-kadang gagal dalam sesuatu lalu orang di sekeliling bereaksi
"hebat", reaksi balik mereka biasanya dengan mudah dilabeli sebagi
tindakan "ngambek", "kekanak-kanakan", atau yang paling
parah anti-sosial. Faktanya, mereka cuma ingin sendirian dulu. Reaksi “hebat”
dari orang lain yang merasa diri “normal” seringkali malah membuat pribadi
berintroversi tinggi menjadi lebih tersiksa, terstimulasi untuk berlaku ganjil
dan mungkin jadi lebih disalahpahami oleh dunia luarnya.
Berapa
banyak sih orang Introvert di dunia?
Ternyata dikit lho. Menurut Jonathan Rauch dalam artikelnya di The Atlantic Monthly,
"Jawabannya:
25 persen, atau di bawah setengah populasi. Atau, jawaban favorit saya:
kelompok minoritas di antara kebanyakan orang, tapi mayoritas di antara
populasi orang-orang berbakat."
Orang-orang
dengan jumlah minoritas ini ternyata sering disalahpahami, tersisih dan
dianggap sombong, jutek, kuper bahkan aneh.
Dunia
menganggap Ekstrovert adalah orang yang ramah, hangat, terbuka, banyak
temennya, flexible dan calon orang sukses. Mereka adalah kelompok mayoritas.
Hingga terciptalah standar yang menilai bahwa yang normal itu Ekstrovert dan
Introvert itu kuper, nggak gaul, sejenis gangguan mental, kelainan dan
janggal. Orang aneh deh pokoknya hmmm....
Padahal
enggak kok....
Kesalahpahaman
ini menurut Jonathan Rauch lantaran karakter introvert yang lebih cerdas,lebih
reflektif, lebih independen, lebih berkepala dingin, lebih halus dan sensitif
dibandingkan ekstrovert. Mungkin juga karena sedikitnya kaum introvert
berbicara, suatu kelemahan yang kerap dicela oleh mereka yang ekstrovert. Kami
cenderung berpikir lebih dulu sebelum berbicara, sementara ekstrovert berpikir
ketika berbicara.
Jadi?
Jelas
Introvert bukan penyakit atau kelainan yang harus disembuhkan. Pahami bahwa itu
adalah orientasi kepribadian dan cenderung tak bisa diubah. Tak ada yang salah
dengan Introvert.
Memang
sih, punya temen yang ramah, hangat, mudah diajak hang-out, easy
going dan selalu kelihatan rame itu menyenangkan. Namun beberapa orang
memang tercetak dengan orientasi kepribadian yang berbeda. Tapi bukan berarti
aneh.
Mari
memahami dan mencoba berteman dengan mereka :D
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar