Rabu, 28 November 2012

Jangan Memandang Rendah Seseorang

Terus terang akhir - akhir ini aku lagi dongkol sama orang, gak tahu juga si orang itu siapa, mereka tuh meskipun mungkin bercanda sama temen - temennya ataupun apa lah, tapi aku tidak suka kalau digituin apalah bahasa yang lebih tepat dipandang rendah, diremehkan, entah, dan aku yakin semua orang juga gak suka kalau dipandang rendah apalagi cuma karena fisik saja, apalagi kalau mereka cuma lihat sekilas.

Well, kita tahu sebagai manusia pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan, maka dari itu sering orang bilang tidak ada manusia yang sempurna. Tapi masih saja banyak yang selalu merasa dirinya yang terbaiklah, yang paling sempurnalah apalah, sering pula memandang sebelah mata seseorang yang tidak lebih baik dari dirinya.

Padahal kita tidak tau orang yang kita anggap remeh itu bagaimana latar belakangnya, apa kegiatannya, bagaimana sifatnya, bagaimana hatinya/ what inside, bagaimana ibadahnya, jangan hanya melihat sepintas saja dan langsung menghakimi bahwa dia itu tidak lebih baik dari diri kita. Ok, mulai sekarang buanglah pikiran-pikiran tersebut dan cobalah belajar untuk selalu berpikir orang yang kita lihat lemah, atau biasa-biasa aja bisa saja lebih baik dari kita.

Anggaplah setiap bila kita bertemu seseorang, kita itu belum tentu lebih baik dari orang tersebut. Karena bisa saja orang yang kita temui itu lebih baik dari kita entah itu dari latar belakangnya, ibadahnya dan kegiatan sehari harinya. Cobalah belajar untuk respect orang, jangan hargai orang, ya gitulah,, seperti kata Al Qur'an surat Al-Hujurat (49) : 11

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim".

"First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win.” -Mahatma Gandhi

Tianmen Mountain Glass Walkway



It is certainly not a path for the faint-hearted.

On one side a sheer rock face, on the other a 4,000ft drop - and all to separate the brave traveller from a deadly plunge is a 3ft-wide, 2.5in thick walkway.

And if that is not enough to bring terror into the pit of your stomach, the path running alongside a Chinese mountainside is made out of glass, allowing a crystal-clear view of where one false step can take you.

The skywalk is situated 4,700ft above sea level on the side of the Tianmen Mountain in Zhangjiajie, China.  The 200ft long bridge joins the west cliff at the Yunmeng Fairy Summit, the summit of Tianmen Mountain and Zhangjiajie.And it would appear to be too scary for the cleaners - tourists are asked to put on shoe covers before passing to help keep the path clean.



























Berani coba jalan di situ? Asal jangan pipis di celana aja >.<

Sumber: Dailymail
It is certainly not a path for the faint-hearted.
On one side a sheer rock face, on the other a 4,000ft drop - and all to separate the brave traveller from a deadly plunge is a 3ft-wide, 2.5in thick walkway.
And if that is not enough to bring terror into the pit of your stomach, the path running alongside a Chinese mountainside is made out of glass, allowing a crystal-clear view of where one false step can take you.


Read more: http://www.dailymail.co.uk/news/article-2060023/Chinas-newest-tourist-attraction--glass-bottomed-walkway-cliff-face.html#ixzz2DRRR8TbU
Follow us: @MailOnline on Twitter | DailyMail on Facebook
It is certainly not a path for the faint-hearted.
On one side a sheer rock face, on the other a 4,000ft drop - and all to separate the brave traveller from a deadly plunge is a 3ft-wide, 2.5in thick walkway.
And if that is not enough to bring terror into the pit of your stomach, the path running alongside a Chinese mountainside is made out of glass, allowing a crystal-clear view of where one false step can take you.


Read more: http://www.dailymail.co.uk/news/article-2060023/Chinas-newest-tourist-attraction--glass-bottomed-walkway-cliff-face.html#ixzz2DRRR8TbU
Follow us: @MailOnline on Twitter | DailyMail on Facebook

Rabu, 07 Desember 2011

How We Succeed by Failing

Ada artikel menarik di Washington Post yang berjudul How We Succeed byFailing menyoroti hal tentang keberhasilan dan kegagalan yang juga menggunakan cerita tentang Steve Jobs yang harus meninggalkan Apple sebagai ilustrasinya. Steve Jobs, walaupun sangat sukses, juga sering gagal, termasuk pernah mengalami kegagalan yang sangat parah.

Kathleen Parker, penulis artikel di Washington Post tersebut menyarikan pelajaran yang dapat diambil dari apa yang dialami oleh Jobs: kadang- kadang seseorang (memang) harus gagal untuk dapat berhasil. Pada umumnya, manusia memang harus pernah merasakan kegagalan untuk dapat berhasil, tak ada seorangpun yang tiba- tiba bisa berada di puncak. Bahkan orang yang beruntungpun kadangkala mengalami ketidak beruntungan. Siapapun dengan riwayat hidup yang cemerlang dan penuh kesuksesan juga memiliki riwayat tentang kegagalan, penghinaan dan kemunduran.

Ada posting yang mengambil ilustrasi dari kisah Stephen King, penulis kisah misteri terkenal yang konon mengalami banyak penolakan atas karya- karyanya sebelum akhirnya bertahun- tahun setelah mencoba menulis lagi, lagi dan lagi akhirnya sebuah karyanya diterbitkan. Dan pada akhirnya dia meraih kesuksesan. Novel- novel yang ditulis Stephen King hampir selalu menjadi novel best seller. Bukan hanya Stephen King. Dalam dunia tulis menulis, salah satu contoh populer lain adalah tentang J.K. Rowling. Harry Potter and The Philosopher Stone, buku pertama dari serial Harry Potter yang sangat terkenal itu, ditolak oleh banyak penerbit, terutama penerbit- penerbit besar. Harry Potter akhirnya diterbitkan oleh Bloomsburry, sebuah penerbit kecil di London (dan keputusan untuk menerbitkan buku ini bukan diambil atas dasar keputusan profesional para editor senior tapi semata sebab putri CEO penerbit Bloomsburry yang berusia delapan tahun memohon pada ayahnya agar bersedia menerbitkan buku itu). Harry Potter kemudian ternyata meledak menjadi sebuah karya fenomenal.
***
Kegagalan, sebenarnya adalah sesuatu yang wajar dialami oleh manusia. Seperti keberhasilan, kegagalan adalah suatu siklus hidup. Bagian dari perjalanan jiwa untuk memaknai hidup, mencapai pengertian akan hidup, agar dapat mencapai sesuatu yang lebih baik.

Tentu, tentu saja manusia harus memiliki kekuatan dan keberanian untuk menghadapi situasi sangat tak enak yang bernama kegagalan itu. Hanya manusia- manusia yang kuat yang bisa bangkit lagi, dan lagi setelah jatuh dan gagal. Dan manusia- manusia semacam inilah yang kelak akan mencatat sejarah serupa Steven Jobs, J.K Rowling, Stephen King dan semacamnya.

Lalu, menyadari bahwa sebenarnya kegagalan merupakan suatu siklus dimana kebanyakan manusia akan mengalaminya, maka sebenarnya ada satu hal selain tekad dan keberanian untuk menghadapi kegagalan dan kesanggupan untuk bangun kembali setelah jatuh yang selayaknya dimiliki oleh manusia.
Apa itu?       
Ini: kemampuan untuk menikmati saat- saat gagal.
Eh, menikmati?
Ya, benar, menikmati.
Sebab, kegagalan yang menimpa seseorang selayaknya dimaknai sebagai suatu ujian untuk mencapai level yang lebih tinggi.

Apapun yang lebih tinggi itu. Bisa materi. Bisa pencapaian spiritual. Bisa juga kedua- duanya. Dan sungguh, kegagalan memang hanya akan berarti jika setelah gagal itu sesuatu yang lebih tinggi dapat diraih. Jika tidak, maka kepahitan itu akan menjadi sia- sia. Karena itulah kemampuan untuk bersabar dan menikmati saat- saat gagal diperlukan. Sebab, adakalanya kegagalan itu terjadi diluar kemampuan manusia untuk mengatasinya. Ada contoh menarik yang dapat digunakan sebagai ilustrasi. Ada sebuah permainan yang dirancang oleh sebuah event organizer untuk membangun team work sekaligus berwisata mengeksplorasi sebuah kota. Kegiatan ini dilakukan dengan cara membagi sebuah kelompok besar menjadi kelompok- kelompok yang lebih kecil. Semua kelompok kecil ini diberi tugas yang sama untuk mencari beberapa tempat di kota tersebut, dengan menggunakan kendaraan andong.

Ada banyak soal yang harus dipecahkan. Soalnya sama, tetapi pencapaiannya berbeda. Sebab adakalanya informasi yang sama dicerna dengan cara yang berbeda oleh kelompok yang berlainan. Situasi yang dihadapi kadang juga tak sama. Selain itu, adakalanya juga muncul faktor hambatan atau bantuan yang sulit diprediksi sebab datang dari pihak luar.

Ada kelompok yang secara efisien bisa memecahkan soal demi soal dengan urutan yang benar dan mencapai banyak tempat. Ada kelompok yang sebab tak sependapat tentang solusi yang harus diambil lalu mengabaikan informasi yang sebenarnya sudah ada di tangan. Ada kelompok yang hanya berputar- putar berulang kali di tempat yang sama sebab walau mereka sudah memiliki informasi kemana harus pergi, namun sang pengemudi andong tak tahu jalan mana yang harus ditempuh!

Dalam situasi semacam itu, yang akan harus dilakukan adalah menerima saja bahwa hal tersebut terjadi. Sebab memang ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan manusia, baik faktor internal maupun eksternal.

Ada yang bisa dieliminir, ada yang tidak.
Tak ada cara lain untuk bisa melalui situasi semacam itu selain menikmati dan mentertawakan saja kegagalan itu.

Bagaimanapun, hidup akan terus berjalan. Gagal pada suatu periode tak berarti kegagalan itu akan berlanjut terus menerus. Akan ada akhir suatu siklus. Akan ada tenggat waktu tentang sesuatu. Dan kesempatan lain akan muncul.

Karenanya, saat banyak halangan menghadang, just have fun. Nikmati saja kegagalan itu. Sambil tentunya, di pihak lain, juga terus berusaha untuk bangun dan melangkah maju.
Dunia terus berputar. Tak ada yang abadi. Tidak juga kegagalan. Suatu saat, roda yang tadinya berada di bawah akan kembali naik ke atas…

*this article was taken from rumahkayu*

Senin, 21 November 2011

To Be One

I see rainbow in the sky
Colors that brighten my world
I hear the humming birds
Singing a beautiful song

The song of love and laughter
The song of peace and hope
I don’t want this to end
I want this to be forever

Even though we’re not the same
Different ways
And we walk on different path
Different road in this life
Can we hold each other’s hand
Together in this world
And be as one

It will be a better place
Better home
Place that gives us peace of mind
Filled with love
No more tears
Place where you and I can laugh
No more cry, only smile
The place for us to be one

Popularized by Gita Gutawa and sung by Judika at Opening of the 26th SEA Games 2011 in Palembang

Sabtu, 17 September 2011

What Women Really Mean, When They Say

(1) Fine:
This is the word women use to end an argument when they are right and you need to shut up.

(2) Five Minutes:
If she is getting dressed, this means a half an hour. Five minutes is only five minutes if you have just been given five more minutes to watch the game before helping around the house.

(3) Nothing:
This is the calm before the storm. This means something, and you should be on your toes. Arguments that begin with nothing usually end in “Fine.”

4) Go Ahead:
This is a dare, not permission. Don’t Do It!

5) Loud Sigh:
This is actually a word, but is a non-verbal statement often misunderstood by men. A loud sigh means she thinks you are an idiot and wonders why she is wasting her time standing here and arguing with you about nothing. (Refer back to # 3 for the meaning of nothing.)

(6) That’s Okay:
This is one of the most dangerous statements a women can make to a man. That’s okay means she wants to think long and hard before deciding how and when you will pay for your mistake.

(7) Thanks:
A woman is thanking you, do not question, or faint. Just say you’re welcome. (I want to add in a clause here – This is true, unless she says ‘Thanks a lot’ – that is PURE sarcasm and she is not thanking you at all. DO NOT say ‘you’re welcome’ . that will bring on a ‘whatever’).

(8) Whatever:
Is a woman’s way of saying F–YOU! (Is it right? I don’t think so)
 

(9) Don’t worry about it, I got it:
Another dangerous statement, meaning this is something that a woman has told a man to do several times, but is now doing it herself. This will later result in a man asking ‘What’s wrong?’ For the woman’s response refer to # 3.

 

Author: iTweetFacts